Dinilai Salah Kamar Adat, LMA Papua Barat Tolak Korwil Bentukan Lenis Kogoya

Senin, 21 Juli 2025    16:30 WIT    Arnold

Ketua LMA Papua Barat, Maurits Saiba (foto istimewa)

Ketua LMA Papua Barat, Maurits Saiba (foto istimewa)

TERASKASUARI.COM, MANOKWARI - Pimpinan dan jajaran Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Provinsi Papua Barat menolak tegas rencana pendirian kordinator wilayah (korwil) LMA dibawah kendali Lenis Kogoya.

Hal ini ditegaskan Ketua Umum LMA Papua Barat, Maurits Saiba melalui siaran pers kepada media di Manokwari, Senin (21/7/2025).

"Kami menolak dengan tegas rencana pendirian LMA korwil Papua Barat yang digagas oleh saudara Lenis Kogoya," kata Saiba.

Baca Lainnya :

Ia mengatakan bahwa, secara administrasi adat maupun pemerintahan, Papua Barat sudah terpisah dari wilayah adat Papua yang dipimpin Lenis Kogoya.

"Sesuai pembagian wilayah 7 wilayah adat, Papua Barat hanya ada dua wilayah adat, yakni Doberai dan Bomberai. Sehingga saudara Lenis Kogoya diminta untuk mengurus wilayah adatnya sendiri," tegas Saiba.

Ia mengatakan bahwa masing-masing wilayah adat punya norma dan tatakrama yang berbeda, sehingga hal tersebut kiranya dapat dipahami oleh semua pihak.

"Karena Papua Barat sudah punya LMA yang legal dan sudah berjalan 10 tahun lebih. Jangan ada lagi LMA [lain] yang mengganggu eksistensi kami dalam mendukung pembangunan," katanya.

Kesempatan tersebut, Sekretaris LMA Papua Barat, Samuel Mandowen menyatakan bahwa, keputusan Lenis Kogoya sebagai kepala suku besar di 7 wilayah adat  mewakili 200 lebih ratusan suku di Papua Barat adalah kekeliruan.

"Itu keliru, sehingga kami menolak dengan tegas pembentukan LMA korwil di 7 kabupaten di Provinsi Papua Barat," tutur Samuel.

Menurut Samuel, bahwa wacana pembentukan LMA korwil di wilayah adat Doberai dan Bomberai [Papua Barat] tidak tepat sasaran.

"Karena tatanan adat yang sudah dibentuk LMA Papua Barat tidak bisa "dicaplok" oleh oknum dari wilayah adat lain," tegasnya.

Ia mengatakan bahwa masih banyak hal yang mesti dikerjakan Lenis bagi masyarakat adat Papua di wilayah adatnya. Baik dari sisi pendidikan, ekonomi, hingga pemerataan pembangunan. 

"Saran kami, saudara Lenis lebih baik hadir untuk memberikan solusi bagi hal-hal yang saya sebutkan itu, daripada "sibuk" buka LMA korwil di daerah lain," tukasnya.

Perwakilan Perempuan

Kesempatan tersebut, Lenni Prawar, perwakilan perempuan LMA Papua Barat, mengajak setiap anak adat Papua agar menjunjung tinggi nilai adat masing-masing dengan saling menghargai.

"Kami sangat menghargai pendapat Lenis Kogoya, namun sebagai anak adat kita harus saling menghargai," uajrnya. 

Selaku perwakilan perempuan LMA Papua Barat, Ia juga menyatakan menolak dengan tegas pembentukan LMA korwil di Papua Barat.

"Kami sudah punya LMA Papua Barat yang legal secara hukum," ujarnya menegaskan.

Sehingga untuk menjaga stablilitas keamanan di tanah papua khususunya di Papua Barat, Ia berharap agar Lenis Kogoya juga menghargai  LMA Papua Barat yang membawahi wilayah adat Doberai-Bomberai.

"Mari kita tidak melangkahi wilayah adat lain di tanah Papua, sehingga tidak memicu perpecahan sesama anak adat di masing-masing wilayah adatnya," tambah Lenni Prawar mengakhiri. (TK|rsl)